RESUME KARYA WISATA
MUSEUM TOSAN AJI
PURWOREJO
MUSEUM TOSAN AJI
PURWOREJO
Disusun Oleh:
NAMA NIS KELAS
1.
Amat
Muladi 13102 VIII H
2.
Elysa Putri 13111 VIII E
3.
Rahmawati 13160 VIII H
SMP NEGERI 4 PURWOREJO
Tahun Ajaran 2012/ 2013
Tahun Ajaran 2012/ 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan KaryaWisata ke Museum Tosan Aji
Laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ulangan Kenaikan kelas (UKK) TahunPelajaran 2012 / 2013 yang telah disetujui dan
disahkan pada :
Purworejo, Februari 2013
Mengetahui :
Pembimbing
Kepala
Sekolah SMP N 4 Purworejo
Drs. Pawitno Muh
Syaifudin, M.Pd.
NIP. 19680722 199802
1 003 NIP. 19701005 199512 1 001
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
A.
MOTTO
- Cintailah anugerah yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
- Berkahilah hidup dengan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas
- Hidup ini akan lebih berarti jika kita memanfaatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas.
- Disiplin dalam bertugas, Dewasa dalam bertindak, dan Dinamis dalam kegiatan.
- Jangan hina pribadi anda dengan kepalsuan karena dialah mutiara diri anda yang tak ternilai.
- Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya.
- Teman sejati adalah ia yang meraih tanga mudan menyentuh hatimu.
- Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.
- Ilmu tanpa amal bagaikan pohon yang tak berbuah.
- Sesungguhnya masa muda dan kekosongan dan kekayaan adalah perusak dari segala kerusakan bagi seseorang.
B.
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati laporan
yang sederhana ini penulis persembahkan kepada :
- Kepala Sekolah SMP Negeri 4 PurworejoBapakMuh Syaifudin, S.Pd, M.Pd.
- Bapak dan Ibu Guru yang telah membimbing.
- Siswa kelas VII, VIII, IX.
- Sekolahku tercinta.
- Dan pembaca tentunya.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur
saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Maksud kami penyusun laporan
ini untuk meningkatkan minat pembaca dan motivasi kepada para siswa dalam mengembangkan
potensinya dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara spesifik laporan ini disusun
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia
yakni keterampilan menulis.
Penyusunan
laporan ini dapat terlaksana dengan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada
Yang terhormat Bapak Muh Syaifudin, S.Pd, M.Pd.selaku Kepala Sekolah SMP N 4 Purworejo dan penanggung jawab Karya Wisata ini.
Yang terhormat Bapak Muh Syaifudin, S.Pd, M.Pd.selaku Kepala Sekolah SMP N 4 Purworejo dan penanggung jawab Karya Wisata ini.
- Yang terhormat Drs. Pawitno. Selaku Wakasek Kesiswaan yang membimbing dalam penulisan laporan ini.
- Yang terhormat Bapak/Ibu Guru, Pembimbing KaryaWisata SMP N 4 Purworejo.
- Teman-teman kelas VII, VIII, IX yang saya sayangi.
- Semua pihak yang belum kami sebutkan juga ikut membantu penyusunan laporan ini.
Kami telah
berusaha semaksimal mungkin untuk penyusunan laporan ini. Namun, kemungkinan
masih ada kekurangan. Untuk itu kami mohon saran dan kritikan demi kesempurnaan
laporan ini.
Kami
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya untuk siswa
SMP N 4 Purworejo.
Purworejo, Februari
2013
PENULIS

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
.................……………………………………..... iii
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. v
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
- LatarBelakang ………………………………………………………………….. 1
- TujuanKaryaWisata ………………………………………………………......... 1
- Pelaksanaan dan Peserta Kegiatan ……………………………………................ 1
BAB II PEMBAHASAN
- Sekelumit tentang Tosan Aji ............................................................................... 2
- Sejarah Singkat Museum Tosan Aji................................................................... 2
- Tata Penyajian ..................................................................................................... 3
- Koleksi Museum Tosan Aji ................................................................................. 8
- Denah Lokasi Museum Tosan Aji ....................................................................... 9
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan ............................................................................................................ 10
- Saran ....................................................................................................................... 10
- Kesan-kesan .......................................................................................................... 10
- Lampiran ………………………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
KaryaWisata merupakan kunjungan
suatu obyek dalam rangka memperluas pembelajaran kontektual. Karya Wisata
merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang tepat, karena kegiatan tersebut
dapat mengajak siswa belajar di ligkungan yang nyata dan alami. Sehingga
pembelajaran dapat berlangsung lebih protektif dan bermakna. Selain itu,
kegiatan Karya Wisata dapat membantu siswa mengaitkan antara materi yang
disampaikan guru dengan situasi dunia nyata.
B.
Tujuan Karya Wisata
Tujuan Karya Wisata ini adalah
sebagai berikut :
- Menambah pengetahuan dan wisata siswa.
- Memperdalam cinta tanah air.
- Menghilangkan rasa stress.
- Siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara yang lebih baru, alami, lebih bermakna, produktif dan nyata.
C.
Pelaksanaan dan Peserta Kegiatan
Karya Wisata dilaksanakan pada hari Sabtu,
l2 Januari 2013. Tujuan yang utama diselenggarakan Karya Wisata ini yaitu menambah
pengetahuan tentang hasil budaya bangsa pada masa perundagian. Pesertanya siswa-siswi
SMP N 4 Purworejo dan guru-guru / pegawai SMP N 4 Purworejo.
D.
Isi Laporan Pejalanan Karya Wisata
Sabtu,
11 Januari 2013 para siswa kelas VIII SMP N 4 Purworejo mengadakan Studi Tourdi
Jawa Timur. Siswa yang tidak mengikuti Studi Tour tersebut berencana untuk mengunjungi
Museum Tosan Aji Purworejo.
Sekitar
pukul 07.45 WIB kami dikumpulkan di lapangan upacara SMP Negeri 4 Purworejo untuk
diberi keterangan dan berdo’a bersama.Pada pukul 08.00 WIB kami telah sampai di
Museum Tosan Aji, di Museum Tosan aji
kami diberi penjelasan tentanag sejarah tentang asal mulanya atau terbentuknya
Tosana Aji.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sekelumit Tentang Museum Tosan Aji
Tosan aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang yang menunjukkan salah satu identitas budaya bangsa yang sampai kepada kita sekarang. Tosan Aji terdiri dari dua kata
yaitu“ Tosan dan Aji“. Tosan yang berarti suatu benda pusaka dari bahan besi atau logam, dan aji berarti yang
bertuah atau berkharisma .Jadi istilah tosan aji dapat diartikan sejenis senjata pusaka dari besi atau logam yang berkhrisma (yang dihargai) di mata masyarakat Jawa terutama pada masa lampau. Jenis Tosan Aji ini terdiri dari: keris,
tumbak, pedang, kudi, patrem (menur).
B.
SejarahSingkat
Museum TosanAji
Museum Tosan Aji didirikan pada tanggal
13 April 1987 oleh Ismail selaku Gubernur Jawa Tengah atas prakarsa Suparjo Rustam
selaku Mendagridan Surono (selaku Menkopolkam) bertempat di Pendopo eks Kawedanan Kutoarjo dan merupakan
Museum Tosan Aji Jawa Tengah yang berlokasi di KabupatenPurworejo.
Padatanggal 10 Juni 2001, museum
dipindahkan di eks Gedung Pengadilan Negeri Kabupaten Purworejo yang terletak
di Jalan Mayjend Sutoyo No. 10 Purworejo. Sedangkan Pendopo eks Kawedan Kutoarjo
hingga kini digunakan sebagai rumah dinas Wakil Bupati Purworejo.
Museum Tosan Aji diresmikan pada
tangal 13 April 1987 oleh bupati Purworejo, Bapak Ismail. Sebelumnya Museum
Tosan Aji berlokasi di Pendopo Kawedanan Kutoarjo. Tetapi karena upaya mewujudkan
lokasi wisata terpadu, pada tanggal 10 Juni 2001, koleksi Museum Tosan Aji dipindahkan
ke Purworejo, tepatnya di jalan Mayjend. Soetoyo No.10 dan menempati bangunan bekas
Pengadilan Negeri pada zaman pemerintahan Kolonial Belanda. Alam pemikiran demikian berproses
seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan zaman.
Untuk memilih dan mengetahui tosan
aji yang baik serta bermutu tinggi ada tiga dasar pemilihan:
1. Sepuh, yakni ketuaan umur jaman pembuatan dan bahan-bahan serta campuran logam yang digunakan betul-betul tua atau tidak.
2. Wutuh, keadaan Tosan Aji betul-betul utuh tidak ada cacatnya atau tidak rusak sedikitpun.
3.Tangguhyang dapat berarti periode pembuatan atau gaya pembuatan. Hal ini serupa dengan misalnya dengan tari Jawa gaya Yogyakarta dan Surakarta. Pemahaman akan tangguh akan membantu mengenali ciri-ciri fisik suatu keris.
Beberapa tangguh yang biasa dikenal:
1. Sepuh, yakni ketuaan umur jaman pembuatan dan bahan-bahan serta campuran logam yang digunakan betul-betul tua atau tidak.
2. Wutuh, keadaan Tosan Aji betul-betul utuh tidak ada cacatnya atau tidak rusak sedikitpun.
3.Tangguhyang dapat berarti periode pembuatan atau gaya pembuatan. Hal ini serupa dengan misalnya dengan tari Jawa gaya Yogyakarta dan Surakarta. Pemahaman akan tangguh akan membantu mengenali ciri-ciri fisik suatu keris.
Beberapa tangguh yang biasa dikenal:
1.
TangguhMajapahit
2.
TangguhPajajaran
3.
TangguhMataram
4.
Tangguh Yogyakarta
5.
Tangguh Surakarta.
Ø Adapunpembagiantahapan-tahapanperiodepembuatanituadalahsebagaiberikut:
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputikerajaan-kerajaan: Purwacarita, MedangSiwanda, MedangKamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, PenggingWitaradya, Kahuripandan Kediri.
2. MadyoKuno
(KunoPertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputikerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajarandan Cirebon.
3. SepuhTengah
(TuaPertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
MeliputiKerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, MajapahitdanBlambangan.
4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
MeliputiKerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, danMataram
5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
MeliputiKerajaan-kerajaan : Kartasuradan Surakarta.
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputikerajaan-kerajaan: Purwacarita, MedangSiwanda, MedangKamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, PenggingWitaradya, Kahuripandan Kediri.
2. MadyoKuno
(KunoPertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputikerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajarandan Cirebon.
3. SepuhTengah
(TuaPertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
MeliputiKerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, MajapahitdanBlambangan.
4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
MeliputiKerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, danMataram
5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
MeliputiKerajaan-kerajaan : Kartasuradan Surakarta.
6. Kamardikan 1945 hinggaseterusnya.
Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika.Keris yang diciptakanpada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan.
Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika.Keris yang diciptakanpada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan.
Untuk memilih dan mengetahui tosan aji yang baik serta
bermutu tinggi ada tiga dasar pemilihan yg telah disebutkan di atas, tetapi
sekarang itu bukan menjadi patokan utama karena ada istilah lagi TuhSiRap yang artinya Utuh, Wesi, dan Garap, wesi berkaitan
dengan material pembuatnya dan garap adalah kerapihan pembuatannya.
C.
Tata
Penyajian:
Tata penyajian pameran
tetap Museum Tosan Aji, merupakan penataan yang berdasarkan konsepsional
oriented, namun tidak melepaskan pula situasi dan kondisi koleksi yang ada dan
telah dikumpulkan. Dalam gagasan dari tata penyajian pameran didasari oleh
ciri-ciri khusus kebendaannya dan asal daerah penemuannya, sehingga benda
koleksi Tosan Aji tersebut dapat merupakan koleksi yang mewakili jaman serta
daerahnya.
Konsepsi atau gagasan
penyajian pameran tetap berdasarkan dari beberapa koleksi yang telah dimiliki
dan ditambah dengan rencana koleksi berikutnya.
Tema yang diterapkan untuk
pameran tetap Museum Tosan Aji: “Tosan Aji Sebagai Bukti Kemampuan Teknologi
Bangsa Kita.” Dengan demikian maka disusunlah sistematika penyajian yang dibagi
3 (tiga) ruang:
1.
Ruang Undagi atau Ruang Teknologi, pada ruang ini
disajikan koleksi berupa bahan baku yang digunakan untuk membuat tosan aji,
terutama yang ditampilkan pada pameran ini adalah bahan baku untuk membuat
pamor, nekel, baja dan bentuk secara urut bahan menjadi wujud keris.
2.
Ruang Pamor, Dapur dan Warangka, di ruang ini
menyajikan keterangan tentang pamor, dapur warangka. Dari masing-masing jenis
tersebut ditampilkan pula beberapa contohnya seperti pamor Blarak Ngirit, Dapur
Luk dan Dapur Leres. Demikian pula warangka ditampilkan contoh Warangka Gayaman
dan Warangka Ladrangan. Di samping itu juga ditampilkan keterangan tentang Ukir
dan beberapa contoh dalam bentuk gambar jenis ukiran tersebut. Di akhir ruangan
ini disajikan keterangan tentang Tangguh. Di antara keterangan tersebut
diselipkan pula bagan Ricikan (bagian-bagian) wilah keris.
3.
Ruang Kagungan, untuk ruang ini menyajikan keterangan
fungsi dan kegunaan Tosan Aji dalam kehidupan masyarakat. Fungsi Tosan Aji yang
paling utama dalam kehidupan masyarakat, dan ditampilkan dalam bentuk keterangan
pada panil antara lain: Fungsi Praktis, Fungsi Estetis, Fungsi Religius, Fungsi
Sosial, Fungsi Simbolik. Di ruang ini juga di simpan beberapa peninggalan
bersejarah yang lainya seperti :
v Gamelan
Kuno Kyai Cokronegoro, hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati
Purworejo pertama “Cokronegoro I”
v serta
beberapa Prasasti,
v Arca,
v Lingga,
v Yoni,
v Fragmen,
v Lumpang,
v Guci,
v Beliung,
v Batu
Gong,
v Gerabah,
Menhir,
v dan
Fosil.
Salah satu benda cagar
budaya yang memiliki nilai sejarah dan masih menjadi "misteri" asal
usulnya adalah seperangkat gamelan Cokronagoro I yang tersimpan di Museum Tosan
Aji (MTA). Perangkat alat musik Jawa itu diyakini merupakan warisan dari Raja
Mataram Sultan Agung dan hingga kini usianya sudah mencapai sekitar 350 tahun.
Benda itu seperti menjadi
garis pengikat yang membuktikan adanya keterkaitan antara wilayah Mataram
(Ngayogyakarta dan Surakarta) dengan Kabupaten Purworejo yang dulunya bernama
Bagelen. Perangkat gamelan itu memang sudah tidak difungsikan lagi. Terakhir
dibunyikan lima tahun lalu. "Sekarang tidak dimainkan karena kualitas
suara sudah berkurang. Tidak stem lagi," ujar staf Museum Tosan Aji,
Soebowo.
Bagian gamelan hingga kini
masih lengkap di antarnya, gambang gangsa, gambang biasa, demung, demang,
saron, bonang, slentem, kenong, kempul, kecer, dan gong kesemuanya terbuat dari
perunggu kuno.
Gamelan Kyai Cokronagoro I, menurut sejarah, merupakan hadiah dari Sri SusuhunanPakubuwono VI kepada
Bupati Purworejo pertama kala itu, KR Adipati Cokronagoro I. Nama gamelan
kemudian ditetapkan sama dengan nama bupati penerimanya. Hadiah itu merupakan
penghargaan pribadi kepada pimpinan wilayah Purworejo sebagai salah satu satu
daerah pangkuan Kasunanan Surakarta. "Konon Sri Susuhunan mendapat gamelan
itu dari leluhurnya lagi. Raja Mataram II, kami percaya yang dimaksud adalah
peninggalan Sultan Agung," ungkap Soebowo.
Disini juga tersimpan jenglot
laki laki. Sejak sebulan terakhir, jenglot menjadi “penghuni” baru di obyek
wisata sejarah tersebut. Kedatangan jenglot di MuseumTosan Aji ini bukan dimaksudkan untuk menggiring
logika masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat mistis, tapi keberadaanya
dipahami sebagai salah satu produk budaya masyarakat dan layak untuk diketahui.
Sejak sebulan terakhir, jenglot
menjadi penghuni baru di obyek wisata sejarah tersebut. Kedatangan jenglot di
Museum Tosan Aji ini bukan dimaksudkan untuk menggiring logika masyarakat
terhadap hal-hal yang bersifat mistis, tapi keberadaanya dipahami sebagai salah
satu produk budaya masyarakat dan layak untuk diketahui. Jenglot ini tidak
dikaitkan dengan hal-hal yang supranatural. Jenglot ini bagian dari produk
budaya masyarakat, khususnya Jawa.
Jenglot itu yang diberi nama Bethoro
Untung yang sebenarnya termasuk “tamu tak diundang. Kedatangan Jenglot itu
bermula saat salah satu karyawan Museum Tosan Aji bernama Subowo. Subowo diberi
jenglot dari temannya yang bernama Untung. Beliau membawa jenglot yang
kemungkinan laki-laki. Namun, setelah mendapatkan barang yang dianggapnya aneh
itu, Bowo tidak berani membawanya pulang. Selanjutnya, atas kesepakatan bersama
diputuskan disimpan bersama benda bersejarah lainnya di museum. Keberadaan
jenglot sendiri hingga kini masih menuai kontroversi. Sebagian orang meyakini
bahwa jenglot merupakan perwujudan manusia yang sedang menimba ilmu magis dalam
jangka waktu yang lama. Sementara sebagian lainnya meyakini jenglot tidak lebih
dari sekedar benda pusaka, seperti batu akik atau keris. Berdasarkan pada
berbagai literatur yang ada, jenglot berkaitan dengan ilmu hitam yang memiliki
banyak fungsi. Di sisi yang lain, misalnya aspek ilmiah belum bisa dipastikan
jenglot sebagai mahkluk hidup karena tidak memiliki organ tubuh. Ahli forensik
di RSCM Jakarta sebenarnya sudah pernah melakukan penelitian dengan berbagai
teknik metodologi, termasuk foto scan. Hasilnya, jenglot tidak memiliki organ
tubuh vital, seperti jantung, tulang, dan yang lain. Hasil ini secara otomatis
meragukan bahwa jenglot termasuk makhluk hidup. Penelitian lain yang pernah
dilakukan dokter Djaja Surya Atmaja, Ph.D, dari Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik
sebagai DNA (deoxyribosenucleicacid) manusia. Namun Djaja menolak anggapan
seolah dia mengakui jenglot sebagai manusia. Dari penelusuran beberapa
literatur, Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1
dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR
(polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil positif.
Spesimen jenglot itu berasal dari keluarga primata-bisa monyet, bisa pula
manusia. Namun dari penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian
bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan
itu diperkuat dengan kajian mesin PCR.
Untuk menyimpan jenglot tersebut
tidak memerlukan persyaratan khusus. Termasuk mitos aneh “mengkonsumsi darah”
juga tidak di lakukan. Pihak museum menempatkan jenglot di sebuah toples teransparan
dan diletakkan satu ruang bersama gamelan Cokronegoro I dan batu bersejarah.
Jenglot itu memiliki ketinggian sekitar 15 sentimeter dan berwarna hitam pekat.
Di bagian tubuhnya banyak ditumbuhi rambut dengan dua taring memanjang di
mulutnya. Di bagian bawah pusar dibungkus dengan kain kafan putih. Bagian mata
juga sengaja ditutup dengan kain kafan ukuran kecil.
Terlepas dari kontroversi itu,
Museum Tosan Aji tetaplah sebagai media tempat belajar masyarakat tentang
benda-benda bersejarah dan menyertai peradaban umat manusia.
Di
akhir tata penyajian pada ruang ini ditampilkan poster yang mengajak pengunjung
terutama generasi muda untuk mau meneliti atau mengkaji tentang misteri Tosan
Aji.
Di akhir tata penyajian pada ruang
ini ditampilkan poster yang mengajak pengunjung terutama generasi muda untuk
mau meneliti atau mengkaji tentang misteri Tosan Aji.
Teknik Penyajian
Teknik Penyajian
Dalam teknik penyajian tata pameran Museum Tosan Aji Jawa Tengah adalah menggunakan sistem:
1. Pendekatan Intelektual. Teknik pendekatan intelektual ini diterapkan terutama pada Ruang Pertama yakni dalam Ruang Undagi atau Ruang Teknologi. Pada ruang ini banyak dituntut mengenai teknis cara pembuatan tosan aji tersebut, sehingga untuk menguraikan prosesing dari bentuk bahan baku hingga menjadi bentuk yang sempurna harus dapat diurai secara ilmu pengetahuan (intelektual). Sehingga pada ruang ini sedikit banyak yang dapat memahami tata penyajian adalah para terpelajar.
2. Pendekatan Romantis (evokatif). Penyajian Romantis (evokatif) ini juga diterapkan pada Ruang Pertama yakni Ruang Undagi atau ruang Teknologi, dengan menyajikan bentuk Besalen (bengkel tradisional membuat keris) secara utuh seperti keadaan masih berada di tempat aslinya.
3. Pendekatan Estetis (keindahan). Tata penyajian pendekatan Estetis (keindahan) ini diterapkan pada keseluruhan penataan Ruang Pameran karena untuk seluruh benda koleksi yang dipamerkan supaya kelihatan menarik maka unsur Estetis penataan harus ada. Dalam hal ini terutama pada penyajian untuk Ruang Kedua, yakni Ruang Pamor, Dapur dan Warangka, namun demikian tidak dapat dihindari juga pada penataan ruang lainnya.
Memang kalau dikaji Museum Tosan Aji
ini masih jauh dari sempurna, apalagi yang mengamati para sesepuh dan pakar
Tosan Aji.Tetapi perlu diingat sebenarnya sasaran yang paling utama dengan
didirikan Museum ini adalah khusus bagi para awam dan terutama generasi muda
kita agar mereka dapat sedikit mengetahui tentang Tosan Aji. Sehingga di sini
tata pameran yang diterapkan pada museum ini, dititik beratkan untuk penjelasan
dasar tentang Tosan Aji dan khususnya keris. Sampai saat ini Museum Tosan Aji
masih dalam taraf pengumpulan, perawatan, pelestarian, dan penyajian
benda-benda koleksinya.
D.
Koleksi Museum Tosan Aji
Museum Tosan Aji (MTA) Purworejo menjamas sekitar 1.124 benda
pusaka koleksinya. Bertepatan dengan tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa,
pihak Museum bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Purworejo
menyelenggarakan acara Jamasan dan Ruwatan.
Tidak hanya koleksi museum, masyarakat yang memiliki benda
pusaka juga tidak ketinggalan ikut menjamaskan benda pusakanya.Event rutin
tahunan ini satu di antara beberapa tujuannya adalah merawat dan melestarikan
peninggalan budaya masa lampau. Dengan dijamas, diharapkan benda pusaka berupa
keris, tombak, dan pedang bisa awet dan tidak cepat rusak.
Ø Adapun
Koleksinya sebagai berikut :
4.
Seperangkat Gamelan Kyai Puguh Cakranegara I
5.
Benda Pusaka sejumlah 928, terdiri dari :
Keris :
650 bilah
Tombak :
264 bilah
Pedang : 5 bilah
Pedang : 5 bilah
Cundrik :
5 bilah
Kujang : 2 bilah
Samurai : 2 bilah
Kujang : 2 bilah
Samurai : 2 bilah
6.
Besalen terdiri
dari :
Paron :
1 buah
Palu : 1 buah
Capit : 2 buah
Pahat : 1 buah
Ububan : 1 buah
Palu : 1 buah
Capit : 2 buah
Pahat : 1 buah
Ububan : 1 buah
7.
Tempat Besalen terdiri dari :
Vitrin :
17 buah
Vitrin Tempel : 6 buah
Panel Koleksi : 2 buah
Panel Tempel : 14 buah
Almari Patung : 3 buah
Almari Segi Enam : 2 buah
Gambar Foto : 17 buah
Kowen : 1 buah
Tempat
Vitrin Tempel : 6 buah
Panel Koleksi : 2 buah
Panel Tempel : 14 buah
Almari Patung : 3 buah
Almari Segi Enam : 2 buah
Gambar Foto : 17 buah
Kowen : 1 buah
Tempat
Pengeringan :1 buah
A.
Denah Lokasi Museum Tosan Aji
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum ini
merupakan salah satu sarana untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang kita
yang "adhiluhung" yaituTosanAji.Museum Tosan Aji juga menampilkan berbagai
koleksi benda cagar budaya yang banyakditemukan di wilayah Kabupaten Purworejo baik
pada masa prasejarah maupun masa klasik.
Museum
TosanAji merupakan salah satu cagar budayadanwahana wisata yang edukatif bagi Masyarakat.
Dengan mengunjungi Museum TosanAji, kita dapat mempelajari nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam sebuah pusaka.
B.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
Kita
sebagai generasi muda hendaklah menjaga sejarah dan kebudayaan nenek moyang kita.
Khususnya pada unsure cagar budaya bangsa yang terdapat di Museum Tosan Aji Purworejo.
Pemerintah juga harus giat dalam mempromosikan MuseumTosan Aji sebagai pelestari dan pembangun jiwa histori bangsa.
Dengan melestarikan kebudayaan nenek moyang, kita dapat meneladani dan menghayati budi pekerti
para leluhur kita. Selain itu, identitas
kebudayaan dapat terjaga dan tidak termakan oleh zaman.
C.
Kesan-kesan
Daya tarik museum jelas kalah jauh dibandingkan mal,
kami sangat menikmati perjalanan sewaktu di Museuem Tosan Aji. Banyak
benda-benda bersejarah di dalamnya yang mengingatkan kita pada zaman dulu. Dan
Museum Tosan Aji juga bisa menjadi sarana riset, edukasi, dan rekreasi. Harapan
kami semoga Museum Tosan Aji dapat lebih di kenal oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar :
Posting Komentar